cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
heme@unbrah.ac.id
Editorial Address
Gedung Dekanat Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah Jalan Raya By Pass Km 15 Aie Pacah Padang – Sumatera Barat
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Health and Medical Journal
ISSN : 26852772     EISSN : 2685404X     DOI : https://doi.org/10.33854/heme
Core Subject : Health, Science,
Health & Medical Journal with registered number pISSN: 2685-2772 and eISSN: 2685-404X is a peer-review journal published by Medical Faculty of Universitas Baiturrahmah. The frequency of publishing is two issues in a year. The topics covered include the fields of Allergy and Immunology, Anesthesiology, Cancer and stem cells, Cardiovascular, Cell and Molecular Biology, Children's Health, Dermato-venereology, Geriatrics, Histopathology, Internal Medicine, Neuro-psychiatric treatment, Ophthalmology, Otorhinolaryngology, Physical medicine and rehabilitation, Physio-pharmacology, Pulmonology, Radiology, Surgery includes orthopedics and urology, Obstetrics and Gynecology, Science of nutrition, Clinical Pathology, Anatomy Pathology, Parasitology, Microbiology, Public Health and Medical Education. Submissions are welcome from other clinically relevant areas. However, the Journal emphasizes publishing high-quality and novel research.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022" : 10 Documents clear
Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Preklinik Angkatan 2017, 2018, dan 2019 Terhadap Penyakit Tuberkulosis Jane Giovanni Auwelia; Francisca Tjhay; Hadiyanto Usman; Veronica Dwi Jani Juliawati
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6606.999 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.1049

Abstract

Latar belakang: Tuberkulosis (TB) termasuk dalam salah satu penyebab kematian tertinggi didunia akibat agen infeksius dan Indonesia menduduki peringkat ke-dua dalam insidensi kasus TB terbanyak. Berdasarkan survei dari P2MPL penyebab tingginya angka kasus TB di Indonesia dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Oleh karena itu mahasiswa kedokteran yang kelak akan menjadi seorang dokter diharapkan mempunyai tingkat pengetahuan yang baik terutama dalam perlindungan diri mereka sendiri selama merawat pasien. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa preklinik yaitu angkatan 2017, 2018, dan 2019 akan penyakit TB. Metode: Penelitian menggunakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan potong lintang pada 123 responden yang terdiri dari mahasiswa preklinik FKIKUAJ angkatan 2017, 2018, dan 2019. Para responden mengisi kuesioner yang terdiri dari data demografik dan 14 pertanyaan mengenai pengetahuan TB. Data yang telah didapat akan dianalisis menggunakan uji Chi-square untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ditiap angkatan. Hasil: Angkatan 2017 dengan tingkat pengetahuan rendah ada 11,1%, cukup 40%, dan tinggi 48,9%. Angkatan 2018 yang berpengetahuan rendah 10,3%, cukup 35,9%, dan tinggi 53,8%. Angkatan 2019 yang berpengetahuan rendah ada 61,5%, cukup 33,3%, dan tinggi 5,1%. Analisis menunjukkan angkatan 2018 memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, angkatan 2017 berpengetahuan cukup, dan angkatan 2019 berpengetahuan kurang dengan hasil chi-square (P<0,000) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mahasiswa ditiap angkatan terkait TB. Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mahasiswa yang sudah melewati blok Respirasi dengan yang belum
Laporan Kasus: Tracheo-Oesophageal Fistula pada Pasien HIV Wayan Evie Frida Yustin; Ni Wayan Candrawati; I Gede Ketut Sajinadiyasa
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.207 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.999

Abstract

Pendahuluan: Fistula tracheoesophageal (TEF) merupakan kasus yang jarang terjadi, tetapi banyak penyebab termasuk imunosupresi akibat infeksi HIV. Human immunodeficiency virus (HIV) dapat menyebabkan peningkatan insidennya. Pemahaman mengenai kondisi HIV ini memungkinkan kita untuk dapat menegakkan diagnosis yang cepat dan akurat, sehingga dapat memberikan pengobatan yang tepat. Laporan kasus: Laki-laki berusia 30 tahun dengan HIV diantar ke RS dengan rasa sakit saat menelan, batuk terus-menerus dengan dahak kuning kecoklatan, dan tersedak saat menelan. Foto toraks menunjukkan atelektasis paru kiri dan bronkiektasis. Endoskopi menunjukkan 2 fistula pada dinding anterior 20 cm dari gigi seri. Bronkoskopi mengkonfirmasi fistula pada trakea posterior pada cincin ke-4 dengan semburan nanah. Jaringan ikat fibrosa dengan sel inflamasi kronis ditemukan pada biopsi trakea. ART, penutupan fistula, dan gastrostomi dilakukan, ditutup 1 tahun kemudian. Setelah itu dilakukan torakotomi pro pneumektomi. Nyeri saat menelan, batuk terus-menerus, dan dahak berwarna kuning kecoklatan merupakan manifestasi dari TEF. Diagnosis dipastikan melalui bronkoskopi yang menunjukkan fistula pada trakea posterior setinggi ring 4 disertai pecahnya sputum. Penatalaksanaan TEF meliputi terapi konservatif atau persiapan pra operasi (TPN, ART, NGT, dan / atau PEG) serta pembedahan. Pembedahan dilakukan untuk menutup fistula dan gastronomi akibat infeksi sebagai etiologinya. Kesimpulan: TEF merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada pasien HIV, prognosisnya tidak baik.
Diagnosis Melanoma Subungual Heffi Anindya Putri; Ennesta Asri
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.341 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.928

Abstract

Melanoma subungual adalah melanoma pada kuku yang merupakan variasi dari acral lentigenous melanoma. Insidensi melanoma kuku pada individu berkulit putih sekitar 1-2% dan 15-35% pada kulit berwarna. Kesulitan dalam penegakkan diagnosis dini adalah karena kurangnya perhatian dari penderita terhadap perubahan warna pada kuku. Penggunaan teknik non invasif seperti dermoskopi bermanfaat untuk evaluasi pra operasi dan pengambilan keputusan untuk operasi, namun bagaimanapun juga histopatologi tetap merupakan standar baku emas untuk diagnosis. Diagnosis secara dini sangat penting untuk mencegah amputasi yang luas. Meskipun angka kejadiannya jarang, penyakit ini mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan melanoma pada bagian tubuh lain.
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Proteksi 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak) pada Lansia yang Menderita Diabetes Melitus di Masa Pandemic di Wilayah Kerja Puskesmas Kedaung Tria Monja Mandira; R. Tri Rahyuning Lestari
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.866 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.1073

Abstract

Pendahuluan: Prevalensi global diabetes mellitus meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada tahun 2015. Menurut data International Diabetes Federation (IDF) Indonesia berstatus waspada diabetes karena menempati urutan ke 7 dari 10 negara dengan jumlah pasien diabetes tertinggi. Sedangkan menurut Kemenkes RI (2018) provinsi Jawa Barat naik dari 1,3% menjadi 1,7%. Tujuan: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku proteksi 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) pada lansia yang menderita Diabetes Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Kedaung. Metode: Metode penelitian ini menggunakan data kuantitatif desain analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita Diabetes Mellitus lansia yang berdomisili di Gang Nangka RT 002 RW 003 Kedaung yang berjumlah 77 responden. Analisa data menggunakan derajat kemaknaan p-Value < 0,05 (5%). Hasil: Hasil uji statistik didapatkan nilai (p-value = 0,046) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat  pengetahuan dengan perilaku proteksi 3M pada lansia yang menderita Diabetes mellitus di wilayah kerja  puskesmas kedaung. Kesimpulan: Saran bagi institusi pendidikan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan materi pendidikan tentang cara berperilaku untuk mencegah Covid-19.
Infeksi Citrobacter koseri pada Abses Serebri dengan Otitis Media Supuratif Kronis: Suatu Kasus Jarang Nanda Saripa Putri; Permana H; Munilson J; Linosefa Linosefa
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.498 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.1002

Abstract

Pendahuluan: Abses serebri yang disebabkan oleh infeksi Citrobacter koseri pada orang dewasa sangat jarang ditemukan. Citrobacter koseri merupakan basil gram negatif yang menyebabkan sebagian besar meningitis dan abses serebri pada neonatus dan bayi. Laporan Kasus: Laporan ini membahas seorang laki-laki berumur 51 tahun dengan keluhan penurunan kesadaran yang dialami sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit, didahului dengan demam, nyeri kepala yang semakin memberat, dan muntah. Keluhan disertai dengan kelemahan anggota gerak kiri dan mulut mencong. Pasien juga memiliki riwayat infeksi telinga kanan yang sering kambuh. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien sopor dengan defisit neurologis berupa hemiparesis sinistra, paresis nervus fasialis, dan papil edema. Hasil pemeriksaan brain CT-scan tanpa kontras menggambarkan lesi abses pada lobus temporal dextra. Pasien diberikan antibiotik dan dilakukan evakuasi abses serta timpanomastoidektomi. Dari hasil kultur pus abses serebri ditemukan adanya Citrobacter koseri yang sensitif dengan sefalosporin. Kesimpulan: Terdapat perbaikan klinis setelah terapi dan tindakan bedah.
Harga Diri dan Persepsi Gender dengan Kekerasan dalam Pacaran pada Remaja di Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Depok Frida Kasumawati; Listiana L; Mutiara Mutiara
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.743 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.1076

Abstract

Pendahuluan: Catatan tahunan Komnas Perempuan pada tahun 2019 menunjukkan tren penting, berdasarkan laporan kekerasan di ranah pribadi, terjadi peningkatan angka kekerasan dalam pacaran dan angka signifikan sebanyak 2.073 kasus. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Self Esteem dan persepsi gander dengan kekerasan dalam pacaran pada remaja di RW 06 Kelurahan Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Ada 92 responden yang ditentukan dengan menggunakan sistem nonprobability sampling yaitu total sampling. Data dikumpulkan menggunakan google form. Pengolahan data dilakukan dengan analisis uji chi square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 remaja yang memiliki harga diri positif pernah mengalami kekerasan dalam pacaran sebanyak 39 remaja (42,4%), dengan p-value = 0,043, dan 53 remaja yang memiliki persepsi gender tinggi terdapat 40 remaja (43,5%) memiliki pengalaman dalam pacaran, dengan p-value = 0,029. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara harga diri dan persepsi gender dengan kekerasan pacaran pada remaja Rw.06 Duren Mekar Kecamatan Bojongsari Kota Depok. Dari hasil penelitian ini, remaja perlu meningkatkan harga diri dengan memiliki pendidikan tentang kesetaraan gender, sehingga dapat mengurangi terjadinya kekerasan dalam pacaran.
Radioterapi dengan Perlindungan Penglihatan pada Basal Cell Carcinoma Kelopak Mata Rhandika Rafli; Fathiya Juwita Hanum
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.568 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.1039

Abstract

Pendahuluan: Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang sering terjadi pada wajah. Lesi pada kelopak mata merupakan daerah dengan resiko tinggi kekambuhan dan memiliki keterbatasan margin eksisi untuk mempertahankan fungsi kelopak mata. Laporan kasus: Laporan kasus ini menggambarkan penatalaksanaan yang dilakukan pada wanita 66 tahun yang ingin mempertahankan fungsi kelopak mata dan penglihatan. Operasi dilakukan dengan Mohs Micrografik yang dilanjutkan dengan radiasi adjuvan lokal dosis 50Gy dengan memperhatikan dosis constraint terhadap lensa dan retina. Pengawasan efek samping dilakukan selama radioterapi dan follow up efek samping kronis. Kesimpulan: Pasien dapat mempertahankan sebagian fungsi kelopak mata dan tidak mengalami gangguan penglihatan. Efek samping yang sering terjadi adalah dry eye syndrom yang memerlukan terapi air mata buatan.
Penggunaan Vitamin D di Bidang Dermatologi Resya I Noer; Satya Wydya Yenny
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.176 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.1045

Abstract

Vitamin D adalah vitamin yang larut di dalam lemak yang tersedia dalam 2 bentuk: ergocalciferol (vitamin D2) dan cholecalciferol (vitamin D3). Terdapat dua sumber utama vitamin D yaitu Ultraviolet B yang merupakan sumber utama vitamin D dan makanan seperti cod liver oil, yogurt, susu dan lain-lain. Kulit merupakan tempat sintesis vitamin D dan merupakan organ target dari bentuk aktif vitamin D. Vitamin D di kulit memiliki berbagai macam fungsi seperti diferensiasi dan proliferasi keratinosit, berperan pada proses imunologis, pertumbuhan rambut dan  melanosit. Pada beberapa keadaan seperti dermatitis atopik, psoriasis, kanker kulit, vitiligo, akne vulgaris, dan alopesia areata ditemukan kadar vitamin D yang rendah. Kadar Vitamin D yang rendah ini dapat menjadi faktor risiko penyakit tersebut sehingga diharapkan pemberian vitamin D dapat menjadi terapi tambahan bagi berbagai penyakit kulit
Terapi Efluvium Telogen pada SLE dengan Minoksidil 2% dan Antioksidan Oral: Satu Laporan Kasus Eka Devinta Novi Diana; Niluh Wijayanti; Prasetyadi Mawardi
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1126.318 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.1046

Abstract

Latar belakang: Efluvium telogen (ET) adalah kelainan pada rambut, ditandai dengan pelepasan rambut telogen berlebihan tanpa adanya inflamasi. Salah satu faktor pencetusnya adalah systemic lupus erythematosus (SLE). Minoksidil topikal 2% adalah terapi pilihan yang bekerja dengan meningkatkan aliran darah dan oksigen ke folikel rambut. Antioksidan oral yang mengandung keratin (cynatine HNS) juga memperbaiki kesehatan rambut sehingga dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada kasus ET. Kasus: Perempuan berusia 19 tahun dengan keluhan rambut rontok sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluhkan demam, ruam merah di wajah dan nyeri sendi 5 bulan lalu dengan hasil tes ANA >1/80, dsDNA positif lemah, Scl-70 positif lemah dan Ro-60 positif lemah. Pasien didiagnosis dengan SLE, diberikan terapi metilprednisolon tablet 48 mg/hari dan siklosporin tablet 100 mg/hari. Status dermatologis pada regio scalp tampak kerontokan rambut difus, pemeriksaan hair pull test positif dan pada pemeriksaan dermoskopi tampak penurunan densitas rambut dengan beberapa folikel rambut kosong. Terapi dengan minoksidil topikal 2% dua kali sehari dan antioksidan oral prosentials® mengandung keratin 250 mg dua kali sehari. Kesimpulan: Diagnosis ET ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, hair pull test dan pemeriksaan dermoskopi. Minoksidil adalah vasodilator yang meningkatkan aliran darah dan oksigen ke folikel rambut. Antioksidan oral yang mengandung keratin (cynatine HNS) adalah protein yang bagus untuk kesehatan rambut, kulit dan kuku sehingga dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Pertumbuhan rambut baru dengan peningkatan densitas rambut terlihat pada hari ke-90 (Gambar 3 dan Gambar 4) setelah terapi minoksidil topikal 2% dan antioksidan oral.
Prevalence and Onset of Hepatotoxicity Caused by Anti-Tuberculosis Drugs on Pulmonary TB Patients in Wangaya General Hospital Denpasar – Bali in 2016 Wayan Evie Frida Yustin; Ida Ayu Jasminarti Dwi Kusumawardani; Ni Wayan Candrawati; Ida Bagus Ngurah Rai
Health and Medical Journal Vol 4, No 3 (2022): HEME September 2022
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.55 KB) | DOI: 10.33854/heme.v4i3.998

Abstract

Introduction: As tuberculosis (TB) endemic country, TB becomes a community health problem in Indonesia. Data from the Global TB Report in 2016 showed that Indonesia is the second most country with TB burden after India. WHO and the Ministry of Health issue a TB prevention program based on the End TB Strategy aimed to reduce morbidity, mortality, and disability due to TB. One of the challenges faced in the management of TB is the side effects of the anti-tuberculosis drug. Hepatotoxicity is the most common side effect. Aims: This study aims to determine the prevalence and onset of anti-TB drug-induced hepatotoxicity in TB patients after receiving the anti-TB drug in Wangaya Hospital Denpasar Bali. Method: This study used a cross-sectional method by obtaining secondary data of pulmonary TB patients visiting the pulmonary clinic in Wangaya General Hospital from January to December 2016. Result: Of 77 subjects, fifty-six percent of them were men. The highest prevalence was found in the 41-50 years age group (26.9%), while the lowest was found in the 81-90 years age group (1.2%). Anti-TB drug-induced hepatotoxicity occurred in 6.5% of subjects. The most frequent onset of hepatotoxicity occurred within the second week of medication. Anti-TB drug-induced hepatotoxicity occurred in 6.5% of subjects. The most frequent onset of hepatotoxicity occurred within the second week of medication. Conclusion: Based on this study, we suggest a liver function test before and after two weeks of an anti-TB drug.

Page 1 of 1 | Total Record : 10